Ibu, izinkan saya
memperkenalkan diri terlebih dahulu, duhai calon mertuaku.
Saya bukanlah wanita semulia
Khadijah ra.
Saya juga bukan wanita yang
cerdas seperti ‘Aisyah ra.
Bukan pula seperti Fatimah
az-Zahra yang taat dan tabah.
Apalagi seperti Al Khansa ra yang
pandai mendidik anak-anaknya menjadi mujahid dan mujahidah Allah.
Jauh dari kesempurnaan dan kecantikan
Zulaikha.
Ibu, saya hanyalah wanita biasa. Wanita yang hanya
mempunyai sezaroh ketaatan dan ketabahan. Wanita yang hanya ingin menjadi ma’mum
putramu. Berusaha selalu patuh pada imamku. Wanita yang ingin memberikan
pendidikan terbaik untuk anak-anak kami kelak. Wanita yang ingin menjadi
pelipur lara dan penentram hati putramu.
Ibu, izinkan saya menjadi putrimu yang setia mendampingi
putramu, walaupun tak sebanding dengan kesetiaanmu padanya. Izinkan saya memberikan
cinta dan kasih sayang kepada putramu, walau saya tahu cinta dan kasih sayangmu
tak akan pernah tertandingi. Izinkan saya berbakti pada putramu seumur hidup
saya, walaupun semua tahu engkau wanita terhebat untuk putramu.
Ibu, saya akan menjadi rekanmu untuk terus memberi kasih
sayang untuk putramu. Saya tak akan merebut perhatian putramu terhadapmu karena
saya bukanlah musuhmu. Justru saya akan menjadikan putramu lebih taat kepadamu.
Karena engkaulah yang lebih utama mendapatkan perhatian dari putramu, lalu
saya.
Ibu, engkau jauh lebih memahami putramu, maka ajari dan
nasehati saya agar menjadi istri dambaan putramu. Saya membutuhkanmu untuk
terus menegur kelalaianku, memperbaiki kesalahanku, dan menyempurnakan
kekuranganku sebagai istri putramu. Agar saya pantas mendampingi putramu.
wah......
BalasHapus