Ilustrasi (runadabooks.com) |
Peri Kamboja
Menolong
Kerajaan Kurcaci
Pengarang:
K. Usman
Peri Kamboja terbang di antara daun-daun yang rimbun. Di bawah
sana, di jalan yang lebar, para kurcaci berbaris rapi.
“Satu-dua! Satu-dua!”
Para kurcaci itu berjalan sambil bernyanyi. “Cepatlah
datang musim bunga. Musim yang indah untuk kita semua”
Kurcaci Kuning berjalan paling depan. Dia melihat bunga
kamboja mekar di tepi jalan. “Lihat bunga itu! Mahkota bunganya bagus sekali,
bentuknya seperti terompet. Baunya pun harum menyegarkan.”
“Ayo kita petik bunga itu!” ajak Kurcaci Hitam.
“Untuk apa?” kata Kurcaci Oranye menyepelekan. “Itu hanya
bunga kuburan. Hiiiyy...serem!” lanjutnya sambil meringkuk berpura-pura ketakutan.
Kurcaci lain tersenyum melihatnya.
Tapi Kurcaci Putih berkata, “Tidak selalu bunga kamboja
dijadikan peneduh kuburan. Kamboja bisa juga di tanam di halaman rumah dan di
taman-taman kota. Sebab, bunganya sangat cantik dan indah.”
Peri Kamboja masih terbang di atas para kurcaci. Dia menyelinap
di antara daun-daun. Dia bisa mendengar dengan jelas perkataan para kurcaci
itu. Apakah Peri Kamboja marah karena bunga kamboja disebut sebagai bunga
kuburan? Tidak! Peri Kamboja tidak marah, bahkan merasa senang dan bangga.
***
Para peri bunga sedang berkumpul di bawah batang pohon
kemuning.
“Mari kita berlomba menampung gerimis,” ajak Peri Cempaka
Kuning.
“Ide yang bagus,” jawab Peri Sedap Malam.
“Tapi, bagaimana caranya?”
“Kita mengumpulkan air gerimis yang masih di udara. Bukan
mengambil air yang sudah jatuh ke tanah atau di atas daun-daun,” jelas Peri
Cempaka Kuning. “Nah, yang paling banyak mengumpulkan air, dia pemenangnya.”
“Menarik sekali,” jawab Peri Sedap Malam.
“Ayo, segera kita mulai!”
“Tapi, kita belum punya juri,” kata Peri Cempaka.
“Bagaimana kalau kita angkat Burung Beo sebagai juri?”
tanya Peri Kenanga. Peri bunga yang lain tertawa mendengarnya.
“Ha-ha-ha... . Hi-hi-hi... .”
“Burung Beo suka meniru. Bagaimana dia bisa menjadi juri?”
tanya mereka.
“Benar juga, ya? Orang yang suka meniru mudah dipengaruhi
orang lain.”
“Kita bisa memilih Ratu Lebah Madu untuk menjadi juri,”
usul Peri Mawar. Semua peri bunga langsung setuju.
Tiba-tiba, Peri Sedap Malam menyadari bahwa ada peri yang
tidak hadir. “Di mana Peri Kamboja?” tanyanya. Peri bunga yang lain baru
menyadari hal itu. “Mungkin dia masih
sibuk berdandan,”kata Peri Mawar.
“Kurang seru kalau peserta lomba tidak lengkap,” kata
Peri Kenanga. “Sebaiknya kita pergi ke rumah Peri Kamboja. Kita ajak dia
mengikuti lomba.”
Peri bunga segera terbang menuju rumah Peri kamboja. Mereka
terbang sambil bernyanyi, “Di langit banyak awan. Putih seperti sisik ikan.”
Setibaya di rumah Peri Kamboja, mereka terkejut. Peri
Kamboja sedang bertengakar dengan Kurcaci Hitam.
“Mengapa kau rontokkan bungaku?” katanya.
“Aku hanya memetik sekuntum, kok!” jawab Kurcaci Hitam.
“Tapi kau tidak meminta izin lebih dulu,” kata Peri
Kamboja.
Peri Mawar mencoba melerai
pertengkaran. “Bertengkar itu tidak baik. Mengapa kalian tidak berdamai saja? Kalau
mengambil sesuatu memang harus ijin.”
Kurcaci Hitam menyadari kesalahannya dan meminta maaf.
Lalu, Peri mawar menjelaskan pada Peri Kamboja bahwa memberikan maaf kepada orang
lain adalah perbuatan baik. Peri Kamboja mengerti. Dia bersedia memaafkan
Kurcaci Hitam.
“Sekarang kita berlomba menampung gerimis. Bagaimana?”
tanya Peri Mawar.
Peri Kamboja tertarik untuk mengikutinya. Tapi, Kurcaci
Hitam menolaknya.
“Lomba menampung gerimis kurang seru,” kata Kurcaci Hitam.
lanjutin us ^__^
BalasHapus